Tangis dan Do'aku untuk Jogjakarta tercinta
Suatu pagi di Jogjakarta tercinta....
Mentari enggan tersenyum manja
langit cerahpun enggan tuk menyapa
hanya awan kelabu yang digenggam mendung
seakan memberitahu
akan ada prahara yang bertamu
Dan ternyata....
Bumi Jogjakarta menggeliat
tak pedulikan apapun ia jilat
harta benda, jiwa raga ia sikat dengan lahap
tanpa pandang insan taat atau murtad
Luruh lusuh keangkuhan hamba
Disaat takdir tlah berbicara
maka hanya padaNya saja
semua ini bermuara....
namun disini.......
hanya nyanyian pilu yang menusuk hati
hanya tangis yang tak kuasa dibendung
yang bisa diberikan untuk Jogjakarta tercinta
Betapa kerdilnya diri ini...
yang masih bisa menoreh senyum canda dan tawa
diantara duka lara Jogjakarta
Betapa busungnya dada ini...
yang masih bisa tidur terlelap
disaat Jogja tercinta tengah meratap
Tangis pilu yang kian menyayat...
ketika ketakutan terkatakan
diiringi alunan nada- nada Do'a dan pengharapan
Tangisku untuk Jogjakarta tercinta...
"Rasa takut adalah cambuk Allah untuk menuntun hamba-hamba-Nya agar rajin berilmu dan beramal, sehingga dengan keduanya mereka mendapatkan pahala Taqorub dari Allah ( Ibnu Qudamah Al Maqdisi )
Sekali saja kehidupan datang, sesudah itu kematian menghadang, sekali saja kematian datang,sesudah itu perpisahan panjang, Hidup tidak untuk melawan kematian, tapi menyiapkan hidup sesudah kematian.Diantara puing-puing hati yang perih, kita haturkan harap, semoga Allah memaafkan....